Karena Burung Hantu umumnya aktif dimalam hari, mereka memiliki sistem pendengaran yang berkembang sangat baik. Telinga terletak pada samping kepala, dibawah mata, dan tertutup bulu-bulu muka. Cekungan telinga (Ear Tuft) yang terlihat pada beberapa jenis, bukanlah telinga keseluruhan namun hanyalah bulu semata.
Bentuk lubang telinga (apertura) bergantung pada jenis Burung Hantu, dilengkapi katup yang disebut sebagai operkulum. Bentuk lubang beragam dari yang kecil, bulat sampai memanjang dengan operkulum besar, Semua Burung Hantu dari famili Tytonidae, memiliki lubang membulat dengan opekulum besar, sedangkan pada Strigidae bentuk telinga luar beragam.
Beberapa Burung Hantu memiliki lubang telinga asimetris (satu lebih tinggi dari yang lain)- khususnya pada jenis nokturnal murni (misal Tyto alba). Jenis-jenis ini memiliki wajah cakram (facial disc) yang sangat terbuka, yang berlaku sebagai radar, mengarahkan suara ke lubang telinga. Bentuk cakram dapat dirubah saat diinginkan, menggunakan otot muka khusus. Juga, paruh Burung Hantu mengarah lurus kebawah, meningkatkan luas permukaan sehingga gelombang suara dapat dikumpulkan oleh cakram wajah.
Kisaran pendengaran Burung Hantu tidak sama dengan manusia, tapi pendengarannya lebih tajam pada frekuensi tertentu, memungkinkannya untuk mendengar suara yang sangat pelan sekalipun dari mangsa didalam vegetasi.
Burung Hantu menggunakan telinganya yang unik dan sensitif untuk mendengarkan pergerakan mangsa yang ada di dalam tajuk tanaman ataupun salju. Saat ada bunyi terdengar, Burung Hantu mampu menentukan arahnya karena adanya perbedaan antara suara yang diterima antara telinga kiri dan kanan. Sebagai contoh, jika ada suara menuju dari kiri, telinga kiri akan mendengar terlebih dahulu dibanding telinga kanan. Burung kemudian memutar kepala, sehingga suara masuk kedua telinga secara serempak. Dengan hal ini akan dapat diketahui mangsa sudah berada didepannya. Burung Hantu dapat mendeteksi perbedaan sebesar 0.00003 detik antara telinga kiri-kanan.
Burung Hantu juga dapat mengetahui apakah suara lebih keras atau rendah, dengan membuka telinga secara asimetrik, Pada Tyto alba, lubang telinga kiri lebih tinggi daripada yang kanan, sehingga suatu suara yang berasal dari bawah garis pandang akan ditangkap telinga kanan lebih dahulu.
Penerjemahan sinyal dari kiri, kanan, atas, bawah dikombinasi secara langsung oleh otak, dan menciptakan bayangan ruang dimana sumber suara berasal. Studi tentang otak Burung Hantu membuktikan adanya medulla yang lebih kompleks daripada burung lain. Medulla Tyto alba diperkirakan memiliki paling tidak 95.000 neuron, tiga kali lebih banyak daripada Gagak.
Sekali Burung Hantu mengetahui arah korbannya, ia akan terbang menghampiri, menjaga kepalanya segaris dengan arah suara. Jika mangsa bergerak, burung akan mampu mengkoreksi ditengah penerbangan. Saat sekitar 60 cm dari mangsa, burung akan memajukan kakinya kedepan dan cakarnya dibentangkan membentuk pola oval. Sesaat sebelum menyerang, akan menghentakkan kakinya melewati mukanya dan seringkali dekat matanya sebelum membunuh.
08 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar